Desember 22, 2025
0-1440x3248-1-0-{}-0-24#

0-1440x3248-1-0-{}-0-24#

0-3248×1440-1-0-{}-0-24#
0-3248×1440-1-0-{}-0-24#

Maros — Kondisi memprihatinkan di Jalan Damai, Ongkoe, Kabupaten Maros, semakin hari semakin menjadi perhatian publik. Akses jalan yang berada di kawasan pemukiman sekaligus dekat dengan rel kereta api itu kini berubah menjadi jalur yang sangat berbahaya. Kerusakan parah, minim penerangan, saluran air tersumbat, hingga sampah berserakan menjadi gambaran nyata tentang bagaimana sebuah fasilitas publik dibiarkan terbengkalai dalam waktu panjang.

Laporan mata elangtv.com,mengungkap, warga telah menanggung kondisi ini berbulan-bulan tanpa kepastian perbaikan. Keluhan demi keluhan dilontarkan, namun hingga kini tidak ada tindakan konkrit dari instansi terkait.


KERUSAKAN JALAN YANG TAK LAGI BISA DITUTUPI

Saat melintasi Jalan Damai, pengguna jalan langsung disambut dengan pemandangan deretan lubang besar dan kecil. Di beberapa titik, aspal sudah rontok sepenuhnya sehingga menyisakan tanah keras bercampur batu.

Pada titik tertentu, terutama yang berdekatan dengan rel kereta api, badan jalan tampak turun dan bergelombang. Pengendara yang melintas harus mengurangi kecepatan drastis, bahkan tak sedikit yang memilih berpindah jalur hanya untuk menghindari kerusakan tersebut.

Sopir angkutan lokal mengaku sudah tidak terhitung berapa kali kendaraan mereka mengalami kerusakan roda dan shockbreaker akibat kondisi ini.

“Kalau malam, itu jalan tidak kelihatan lubangnya. Banyak pengendara hampir jatuh. Ini jalan harusnya sudah lama diperbaiki,” ujar salah seorang pengendara yang ditemui di lokasi.

Selain membahayakan keselamatan, kerusakan jalan juga menghambat aktivitas ekonomi masyarakat sekitar. Warga yang membawa hasil kebun, pedagang keliling, hingga ojek online harus ekstra hati-hati dan kehilangan waktu lebih banyak hanya karena keadaan jalan yang buruk.


LAPANGAN TANPA CAHAYA: LAMPU JALAN MATI TOTAL

Masalah lain yang membuat lokasi ini begitu rentan adalah lampu penerangan jalan umum (PJU) yang tidak berfungsi. Warga menyebut lampu jalan di sepanjang titik tersebut sudah lama mati.

Ketika malam tiba, Jalan Damai berubah seperti kawasan tak berpenghuni. Gelap gulita, hanya sesekali diterangi sinar dari kendaraan yang melintas. Area dekat rel kereta api yang seharusnya dirancang aman justru tampak menakutkan dan rawan.

Beberapa ibu rumah tangga mengaku tidak berani keluar rumah setelah pukul delapan malam karena kondisi jalan yang sangat gelap.

“Anak-anak kalau pulang mengaji harus dijemput. Lampu mati semua. Kita takut sekali karena banyak lubang dan dekat rel,” ungkap salah seorang warga perempuan.

Situasi ini menempatkan pengendara, khususnya roda dua, dalam risiko besar. Tanpa penerangan memadai, lubang, tonjolan aspal, dan permukaan yang tidak rata sulit terlihat, dan potensi kecelakaan meningkat tajam.


DRAINASE TERTUTUP DAN AIR MELUAP: INDIKASI BURUKNYA PERENCANAAN

Selain rusak dan gelap, sistem drainase atau saluran air di sepanjang Jalan Damai Ongkoe juga menjadi masalah serius. Gorong-gorong yang seharusnya menjadi jalur aliran air kini tertutup tanah, rumput, dan sampah.

Akibatnya, ketika hujan turun sedikit saja, air langsung meluap ke badan jalan karena tidak ada tempat untuk mengalir. Kondisi ini mempercepat kerusakan jalan dan membuat permukaan licin.

Beberapa titik tampak menjadi genangan permanen, meninggalkan lumpur dan membuat jalan semakin sukar dilewati.

“Drainasenya memang sudah lama tidak dibersihkan. Kalau hujan, air naik ke jalan. Aspal lama-lama hancur,” kata seorang warga yang tinggal tidak jauh dari lokasi.

Kerusakan drainase menunjukkan betapa kurangnya pengawasan dan perawatan berkala dari instansi teknis terkait.


SAMPAH BERHAMBURAN: KUMUH, BAU, DAN MENGUNDANG PENYAKIT

Kondisi lingkungan Jalan Damai semakin parah dengan sampah-sampah yang menumpuk di pinggir jalan. Ada limbah rumah tangga, plastik bekas, hingga material bangunan yang berserakan tanpa pengelolaan.

Situasi ini tidak hanya membuat ruas jalan terlihat kumuh, tetapi juga menghasilkan bau tidak sedap dan mengundang hama seperti lalat dan tikus.

Sampah yang berhamburan bukan hanya disebabkan oleh ulah warga semata; minimnya fasilitas tempat sampah dan kurangnya pengawasan kebersihan juga menjadi faktor utama.

Warga sekitar bahkan menyebut lokasi tersebut seperti “batas kota mati”, karena nyaris tidak tampak tanda-tanda bahwa pemerintah hadir dalam pengelolaan lingkungan di wilayah itu.


PERTANYAAN BESAR: SIAPA YANG SEHARUSNYA BERTANGGUNG JAWAB?

Kerusakan jalan, matinya lampu penerangan, drainase mampet, dan sampah berserakan bukanlah persoalan kecil. Ini merupakan kegagalan sistematis yang seharusnya ditangani beberapa instansi sekaligus:

  • Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Maros bertanggung jawab atas kondisi badan jalan.
  • Dinas Perhubungan atau bagian PJU harus memastikan lampu jalan berfungsi.
  • DLH (Dinas Lingkungan Hidup) bertugas menjaga kebersihan dan menangani sampah.
  • Pihak perkeretaapian memiliki kewajiban menjaga keamanan dan kondisi sekitar jalur rel.
  • Pemerintah desa atau kelurahan wajib melakukan pemantauan dan pelaporan rutin ke dinas terkait.

Namun, hingga kini warga mengaku tidak mengetahui secara jelas sikap maupun langkah dari instansi-instansi tersebut. Jalan Damai seolah dibiarkan menjadi “zona tak bertuan”, meskipun masyarakat menggunakannya setiap hari.

“Jalannya rusak lama, lampu mati, sampah makin banyak. Pemerintah harus turun tangan. Jangan tunggu ada korban kecelakaan dulu,” tegas seorang tokoh masyarakat.


RISIKO BESAR JIKA DIBIARKAN: KECELAKAAN, KERUSAKAN, DAN KESEHATAN TERANCAM

Jika kondisi ini terus dibiarkan, potensi dampaknya sangat serius:

  • Kecelakaan lalu lintas meningkat, terutama karena kombinasi jalan rusak dan gelap.
  • Warga bisa terjatuh di malam hari saat melintas di dekat rel.
  • Penyakit berbasis lingkungan dapat meningkat akibat sampah yang tidak terkendali.
  • Kerusakan jalan semakin parah dan biaya perbaikan makin besar.
  • Akses logistik masyarakat terganggu, mempengaruhi ekonomi lokal.

Tidak ada satu pun dari dampak tersebut yang bisa dianggap sepele.


WARGA MENDESAK PERBAIKAN SEGERA

Masyarakat berharap pemerintah Kabupaten Maros segera:

  1. Melakukan perbaikan permanen pada badan jalan.
  2. Menghidupkan kembali seluruh lampu penerangan jalan.
  3. Membersihkan dan memperbaiki saluran drainase.
  4. Mengangkut sampah dan menyediakan fasilitas pembuangan yang layak.
  5. Berkoordinasi dengan pihak perkeretaapian untuk keamanan sekitar rel.
  6. Menempatkan tim pengawas yang turun ke lapangan secara rutin.

Warga mengingatkan bahwa keselamatan publik bukan hal yang bisa dinegosiasikan.


PENUTUP: JALAN DAMAI ONGKOE, SIMBOL KETIDAKHADIRAN PEMERINTAH

Kondisi Jalan Damai Ongkoe adalah cerminan dari persoalan infrastruktur yang tidak hanya soal aspal berlubang, tetapi juga soal keberlanjutan pengawasan, tanggung jawab, dan kehadiran negara.

Warga tidak meminta sesuatu yang muluk-muluk — mereka hanya ingin jalan aman, penerangan hidup, drainase bersih, dan lingkungan layak. Sesuatu yang sudah menjadi hak paling dasar sebagai warga negara.

Semakin lama ditunda, semakin banyak risiko yang harus ditanggung masyarakat.

Penulis:suryadi

Editor:admin mata Elang TV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *